Sabtu, 09 Desember 2017

Catatan kotor tentang artikel S. Eben Kirksey

Catatan kotor tentang artikel S. Eben Kirksey
(by: Dwi Ayu Asri Bahari)
Proggress satu telah berlalu, kini sa’atnya kita melangkah maju. Tantangan baru mulai datang, setelah satu minggu terbebas dari class review. Pagi ini kami membuat kelompok yang terdiri dari lima mahasiswa, untuk membahas artikel yang berjudul “Don’t use your data as a pillow” karya S. Eben Kirksey. Setiap individu harus membaca kalimat pada artikel tersebut dengan keras dan pahami arti dari tiap-tiap kalimat. Setelah itu, diskusikan dengan anggota kelompok apa yang dimengerti dari paragraf tersebut. Sebelumnya selama lima menit kami berdiskusi untuk menjawab beberapa pertanyaan mengenai Papua Barat.
Adapun pertanyaannya seperti ini, “Papua Barat terletak dimana?”, “Apa perbedaan Papua dengan Irian Jaya?”, “Apa yang dimaksud dengan trikora?”, “Apakah anda mendukung Papua menjadi negara yang baru?”, dan lain sebagainya. Untuk itu saya mencari tahu tentang Papua Barat, ini memalukan karena saya yang selalu mengaku sebagai warga Indonesia yang baik, malah tidak tahu apa-apa tentang negara tetangga.
Papua Barat merupakan sebuah provinsi Indonesia yang terletak di bagian barat Pulau Papua. Provinsi Papua Barat beribukota di Kabupaten Manokwari. Secara administratif, Provinsi Papua Barat terdiri dari 8 (delapan) kabupaten dan 1 (satu) kotamadya, yaitu Kabupaten Fak-fak, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Teluk Wondama, Kabupaten Teluk Bintuni, Kabupaten Manokwari, Kabupaten Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kabupaten Raja Ampat, dan Kotamadya Sorong. Terdiri dari 124 Kecamatan, 48 Kelurahan, dan 1173 Kampung.
Irian Barat benar termasuk kedalam wilayah Indonesia Karena apabila ditinjau dari segi politis, bahwa berdasarkan perjanjian international 1896 yang diperjuangkan oleh Prof. Van Vollen Houven (pakar hukum adat Indonesia) di sepakati bahwa ”Indonesia” adalah bekas Hindia Belanda. Sedangkan Irian Barat walaupun dikatakan oleh Belanda secara kesukuan berbeda dengan bangsa Indonesia, tetapi secara sah merupakan wilayah Hindia Belanda. Apabila ditinjau dari segi antropologi, bahwa bangsa Indonesia yang asli adalah Homo Wajakensis dan Homo Soloensis yang mempunyai ciri-ciri: kulit hitam, rambut keriting (ras austromelanesoid) yang merupakan ciri ciri suku bangsa Aborigin (Australia) dan ras negroid (Papua).
Operasi TRIKORA di cetuskan oleh Ir. Soekarno pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di alun-alun Utara yogyakarta. Trikora merupakan sebuah operasi yang bertujuan untuk mengembalikan wilayah Papua bagian barat ke Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Trikora muncul karna adanya kekecewaan dari pihak indonesia yang selalu gagal dalam perundingan dengan Belanda untuk mengembalikan irian barat yang secara sepihak diklaim sebagai salah satu provinsi kerajaan Belanda.
Dalam pidatonya ”Membangun Dunia Kembali” di forum PBB tanggal 30 September 1960, Presiden Soekarno berujar, ”......Kami telah mengadakan perundingan-perundingan bilateral......harapan lenyap, kesadaran hilang, bahkan toleransi pu n mencapai batasnya. Semuanya itu telah habis dan Belanda tidak memberikan alternatif lainnya, kecuali memperkeras sikap kami.”
Tindakan konfrontasi politik dan ekonomi yang dilancarkan Indonesia ternyata belum mampu memaksa Belanda untuk menyerahkan Irian Barat. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang umum PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk ”Karel Doorman” ke Irian Barat.
Terdesak oleh persiapan perang Indonesia itu, Belanda dalam sidang Majelis Umum PBB XVI tahun 1961 mengajukan usulan dekolonisasi di Irian Barat, yang dikenal dengan ”Rencana Luns”.
Menanggapi rencana licik Belanda tersebut, pada tanggal 19 Desember 1961 bertempat di Yogyakarta, Presiden Soekarno mengumumkan TRIKORA dalam rapat raksasa di alun alun utara Yogyakarta, yang isinya :
1.      Gagalkan berdirinya negara Boneka Papua bentukan Belanda,
2.      Kibarkan sang Merah Putih di irian Jaya tanah air Indonesia,
3.      Bersiap melaksanakan mobilisasi umum.
Sebagai langkah pertama pelaksanaan Trikora adalah pembentukan suatu komando operasi, yang diberi nama ”Komando Mandala Pembebasan Irian Barat”. Sebagai panglima komando adalah Brigjend. Soeharto yang kermudian pangkatnya dinaikkan menjadi Mayor Jenderal.

Komando Mandala yang bermarkas di Makasar ini mempunyai dua tujuan :
1.      Merencanakan, menyiapkan dan melaksanakan operasi militer untuk mengembalikan Irian barat ke dalam kekuasaan Republik Indonesia,
2.      Mengembangkan situasi militer di wilayah Irian barat sesuai dengan perkembangan perjuangan di bidang diplomasi supaya dalam waktu singkat diciptakan daerah daerah bebas de facto atau unsur pemerintah RI di wilayah Irian Barat.
Irian Jaya (Soeharto), Irian Barat (Soekarno), Papua (Gusdur).
Catatan kotor tentang artkel Eben yang berjudul “Don’t Use Your Data as a Pillow”. Saya dari kelompok empat yang terdiri dari Eka berniati, Fitri, Rahma, Reni, dan Dwi.
Diskusi untuk mencari tahu makna data dan pillow pada judulartikel S. Eben K.
E : kalau punya data jangan disembunyikan harus diexplore biar orang-orang tahu.
F : Data jangan Cuma ditaro, harus diolah lagi/digali. Kalau punya data harus kaya field yang diolah, jangan kaya bantal yang hanya digunakan untuk tidur.
Ram : Banyak sejarah yang belum kita ketahui. Jadi harus membuka sejarah biar anak cucu kita tahu.
D : penulis menulis judul dengan perumpamaan data seperti bantal/pillow, maksudnya kalau punya data jangan disembunyikan.
R : Data - sejarah , pillow – hanya diketahui diri sendiri
Kesimpulannya arti judul don’t use your data as a pillow, banyak sejarah di Indonesia yang harus kita ungkap jangan hanya disembunyikan dan harus digali lebih dalam.
Sentence satu
E : persiapan pesta perpisahan untuk prepare perjalan penulis. Tujuan : membawa makanan untuk menjaga kesehatan.
R : mau pesta jadi harus menyediakan makanan yang enak
D : cerita pesta perpisahan, menyebut makanan tradisional, seperti sago, dll. Rupanya penulis ingin membahas area itu (papua)
Ram : persiapan pesta dengan makanan tradisional
F : ada pesta kecil untuk perpisahan pesta tradisional papua dan menyediakan makanan tradisional.
Kesimpulan sentence satu : dilihat dari makanan khasnya tidak lain adalah menceritakan daerah papua. Berarti ada pesta kecil di papua.
Kelompok saya satu-satunya kelompok yang mendapat teguran dari Mr.Lala, “kelompok empat harus banyak belajar!” dan itu benar. Saya harap untuk minggu selanjutnya kelompok saya bisa lebih baik. Kelebihan dan kekurangan saya sebagai pembaca :
Kelebihan
Kekurangan
-
Sulit memahami kata pada artikel Eben
-
Banyak kata asing yang saya temui seperti, fieldwork, undergraduate, modest affair
Meski begitu, paling tidak akhirnya saya tahu bahwa arti judul Don’t use your data as a pillow, maksudnya penulis menegaskan bahwa data/informasi jangan sekedar digunakan sesa’at. Seperti pillow/bantal yang digunakan hanya untuk sandaran ketika tidur. Data bersifat Generality expression dan Pillow bersifat obsional.
Lehtonen (2000 : 48) Language and other systems of symbols are not in the world abstractly, existing by their own virtue, as if some non-material force. Strictly speaking, language as such exists nowhere at all but as an abstraction. In practice, language exists as spoken, written, printed, electrical, digital or otherwise produced texts. We never encounter ‘language as such’, but a language that is produced through certain means and that is, in addition to being in certain material forms, moulded by specific sign systems. As such, the concept of ‘language’ is not restricted only to spoken or written language. We may well think that language consists of all communications systems which utilize signs arranged in a certain specific way. Hence, the concept of ‘language’ expands to include, for example, pictures and music as well.
Bahasa dan system lainnya atau symbol-simbol di dunia itu tidak abstrak, ada oleh sifat mereka sendiri, sebagai kekuatan non-material. Berbicara dengan keras, bahasa seperti ada tidak dimanapun juga tapi semuanya sebagai pemisah. Di dalam praktiknya, bahasa terdiri dari spoken, written, printed, electrical, digital atau sesuatu yang lain dalam menghasilkan teks. Kita tidak pernah menemui “bahasa yang serupa” tapi bahasa pasti terus menghasilkan maksud, untuk tambahan dalam meneruskan bentuk material, dicetak oleh system tanda khusus.
Bahasa sendiri tidak hanya terdiri dari berbicara dan menulis. Bahasa terdiri dari semua system komunikasi yang menggunakan pengatur tanda agar lebih spesifik. Karenanya konsep dari “bahasa” memperluas dari yang dimaksud, untuk sebagai contoh, gambar dan music.
Lehtonen (2000 : 48) Correspondingly, ‘text’ can mean any form of signification: writings, photographs, movies, newspapers and magazines, advertisements and commercials; all and all, every kind of human signification practice.
Berhubunngan, teks bisa disignifikasikan melalui berbagai formula, seperti: menulis, photographs, film, Koran dan majalah, iklan dan komersial. Ini seringkali dikombinasikan antara spoken dan writer word, gambar dan suara. Teks bisa dikategorikan menjadi dua yaitu verbal dan non-verbal. Teks verbal terdiri dari spoken atau written sedangkan non-verbal terdiri dari images atau sounds.


Auditory
Visual
Verbal
Speech
Writing
Non-verbal
Music
Picture

Kesimpulannya, judul Don’t use your data as a pillow, maksudnya penulis menegaskan bahwa data/informasi jangan sekedar digunakan sesa’at. Seperti pillow/bantal yang digunakan hanya untuk sandaran ketika tidur. Data bersifat Generality expression dan Pillow bersifat obsional. Sebagai peserta didik kita harus meng-explore data yang kita miliki bukan sekedar mendapat data dan kemudian kita simpan, research informasi dan kita kembangkan.
References
Lehtonen, Mikko. 2000. The Cultural Analysis of Text. London : SAGE Publication
diunduh tanggal 05 april 2014, pukul  16.00 WIB
http://id.wikipedia.org/wiki/Operasi Trikora diunduh tanggal 06 april, pukul  11.00

SKRIPSI KU (DWI AYU AB)



Exploring Pre-reading Techniques in EFL Classroom :
a Case Study at SMPN 1 GEMPOL
Dwi Ayu Asri Bahari
IAIN Syekh Nurjati Cirebon
Introduction
This research will investigates pre-reading techniques in the learning process for helping learners to get better comprehension. This research focuses on exploring Pre-reading techniques in EFL classroom a case study at SMPN 1 Gempol. According to schema theory (Rumelhart and ortony, 1977) in Palita, comprehending a text is an interpretive process involving the reader’s background knowledge and the text itself. Schema is prior knowledge which is organized and stored in the reader’s mind. Thus to help students activate appropriate schemata, pre-reading techniques are considered useful. It is clear that pre-reading technique is crucial because enable to activate prior knowledge and it is first step to comprehending a text. Pre-reading is a technique that a reader uses before he began to read the material to improve his comprehension and recall.
Grabe in Rahman (1998:2) states that pre-reading activities very useful in the reading class because they have been referee to as instruments teachers can use in the class to active student’s background knowledge, it can be conduct that pre-reading is very effective because it helps a reader to give basic information about the organization and the content of the materials. Thus, researcher hope that pre-reading techniques will improve reading comprehension and helping learners to get better comprehension.
Pre-reading is important and there are several previous research that the similar research areas about pre-reading. First, “Using pre-reading activities to increase learners’ motivation in reading comprehension” by Yeeding (2007). Second, “Effects of Pre-Reading Strategies on EFL/ESL Reading Comprehension” by Mihara (2011) and third, “The effect of pre-reading activities on reading comprehension ability” by Palita (2011).
This section reviews some previous research in similar area. Yeeding (2007), investigated the effects of pre-reading activities on learners’ motivation and reading comprehension ability. Results showed that the activities subjects were highly motivated, enthusiastic to read. After the experiment, they scored significantly higher. However, Mihara (2011) claimed, “vocabulary pre-teaching is less effective for Japanese students”. Then, Palita (2011) compare the learners’ comprehension ability before and after the implementation of two types of pre-reading activities, guessing reading content from pictures and asking pre-reading questions. Because of this research is about pre-reading, from three researcher above the most competent research is Mihara’s thesis because her thesis has relevance with this research.
Mihara’s thesis has relevance with this research that is reading using vocabulary pre-teaching and the other pre-reading activities that help the learners get better comprehension. Unfortunately, Mihara’s thesis only examines the effect of two pre-reading strategies (vocabulary pre-teaching and comprehension question presentation) at Japanese University. Whereas, in this research focused on exploring pre-reading techniques. Then, this research will investigate reading process in EFL classroom, will explore pre-reading techniques in EFL classroom at SMPN 1 Gempol, and will find the strength and weakness of pre-reading techniques.
Overall purpose
Reading in second language (L2/EFL) classrooms always creates a challenging atmosphere, especially for the beginners and pre-intermediate levels. According to Grabe & Stoler (2002) Research shows that reading comprehension is a complex process and students usually have difficulties in constructing meaning from writing text. Thus, techniques in reading are important in helping learners to get better comprehension. There are some reading techniques such as survey reading, skimming, scanning, and pre-reading. But, this research focuses on pre-reading techniques. This research aims to investigate reading process in EFL classroom, To explored pre-reading techniques in EFL classroom, for helping learners to get better comprehension, and To investigated the strengths and weakness of pre-reading techniques.
Relevant Background Literature
Pre-reading is important and many research about it which explain in introduction section. Thus in this section will show relevant background literature. Relevant background literature is Mihara’s thesis has relevance with this research that is reading using vocabulary pre-teaching and the other pre-reading activities that helping the learners to get better comprehension. Unfortunately, Mihara’s thesis only examines the effect of two pre-reading strategies (vocabulary pre-teaching and comprehension question presentation) at Japanese University. Whereas, in this research focused on exploring pre-reading technique. Then this research will investigate reading process in EFL classroom, will explore pre-reading techniques in EFL classroom at SMPN 1 Gempol, and will find the strength and weakness of pre-reading techniques.
Research Question
Based on the research background that have described. Therefore the questions the problems are as follow:
1.      How are  pre-reading techniques explored in EFL classroom?
2.      What are the strengths and weakness of pre-reading techniques?
3.      What is the role of the pre-reading techniques in helping learners to get better comprehension?

Research Methodology
Several methods will be used to answer the three questions, but overall this research will be the qualitative research. Researcher using three data collection techniques; observation, questionners, and interview.
Observation conducted directly in order to get the valid data. Besides writing the field notes, researcher also record by using camera sonny handy cam and tape recorder all the event teaching reading in the classrooms. First step, The teacher explain the basic principles of pre-reading techniques to the students. During a brainstorming session, students will given reading text entitled “The Lion and the Mouse” and the teacher try to activate their prior knowledge through question before reading. For example, “what do you already know about it?”, “what is the topic?”, “what is the title?”, etc. Second step, the teacher ask the students to make KWL chart. In the KWL chart the students write whatever they know (K), what they want to learn (W), and they still need to learn (L)  about story “The Lion and the Mouse”. The other methods is the teacher teaching vocabulary before reading in order to helping learners to get better comprehension.
In the present research, the researcher will use Likert Scale Questionnaire since this method is simple, flexible and reliable (Dornyei, 2003: 36). Then, Dornyei (2003) also explained that Likert Scale consists of a series of statements all of which are related to a particular target with the respondents are asked to indicate the extent to which they agree or disagree with this items by marking one of the responses ranging from ‘strongly agree’ to ‘strongly disagree’. Then after the scale has been administered, each response option is assigned with a number for scoring purposes; it is usually 1 until 5 for strongly agree and strongly disagree. The questionnaire was developed based on research questions. The interview was carried out before and after the classroom observation. Kvale (1996: 35), and Cohen and Manion (1994) define interview as an interaction between two-person with the interviewer for the specific purpose of obtaining. So, Researcher hope that using three data collection techniques; observation, questionners, and interview able to answer research questions.


References
Cohen, L., & Manion, L. (1994). Research Methods in Education. (4th Edition). New York: Routledge.
Crawford, A., Saul, E.W., Mathews, S. & Makinstner, J. (2005). Teaching and Learning Strategies for the Thinking Classroom. New York: The International Debate Educatiion Association.

Dornyei. Z. (2003). Questioner in Second Language Research: Construction, Administration and Processing. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.

Grabe, S. and Staller F. L. (2002). Teaching and Researching Reading. England: Longman.
Mihara, K. (2011). Effects of Pre-Reading Strategies on EFL/ESL Reading Comprehension. TESL CANADA JOURNAL/REVUE TESL DU CANADA

Rumelhart, D.E., & Ortony, A. (1977). The representation of knowledge in memory. In R.C.

Yeeding, S. (2007). Using pre-reading activities to increase learners’ motivation in reading comprehension: A case of 2nd year vocational students enrolled in the Electrical and Electronic Certificate Program at Industrial Technology College, King Mongkut. Pranakorn.
Short story http://www.kidsworldfun.com/shortstories_lionandmouse.php