Sabtu, 09 Desember 2017

Goresan samurai di otak ku



Goresan samurai di otak ku.
            “Ayu” panggilan akrab ku.  Dengan kerudung biru muda, baju kemeja biru, tas biru dan sepatu biru simple, aku blue youngly girl berjalan dengan cepat menuju kelas Pbi-D.  Teringat dengan jelas, maret, 26-2013, selasa pagi, pukul 9.10 a.m.  Mr. Lala Bumela dosen Writing-ku menugaskan kami, seluruh mahasiswa Pbi (B.Inggris Faculty), membuat Narrative teks little red riding hood dengan versi yang berbeda. Perlombaan mencari ide pun dimulai, aku yang passive mulai belajar aktif.  Kenapa? Karena aku tak ingin selalu bergelut dalam keterpurukan, samurai yang tumpul kini ku asah agar mampu menggores otak ku, dan aku percaya mampu untuk  berkarya.
            Butuh waktu dan proses yang  lama untuk mendapatkan karya yang menarik, banyak terjatuh dan kembali bangkit adalah salah satu proses menuju keberhasilan.  Ini adalah proses ku untuk menemukan jati diri, menggali kemampuan dan berkarya, banyak hal yang bisa ku pelajari dan selalu berulang kembali di pelajari.  First, “tak ada yang merugikan didunia ini” banyak mengulang bukan berarti “Bodoh” malah orang bodohlah yang tak mau mengulang dan belajar dari kesalahan.  Hampir satu bulan kami belajar Recount text, namun aku masih saja gagal menciptakan karya yang menarik, sangat membuat ku terpuruk, namun aku segera bangkit karena aku percaya “kita semua bisa” sedikit pun aku tak merasa dirugikan, karena dengan pengulangan dan banyak mengulang, kualitas diri dan otak kita bisa menjadi lebih baik.  Terbukti, samurai yang tumpul pun bisa menjadi tajam karena sering di asah.
            After that, “Orang yang sukses berani mencoba” right, bagaimana kita bisa mengetahui kualitas diri dan otak, sementara kita tak pernah mencoba.  Jangan salah kan diri jika selalu gagal, berceminlah ! dimana kesalahan kita dan perbaikilah. Then, aku dapat menyimpulkan banyak hal dari kegagalan.  Sekali lagi ku katakan, ini proses ku menuju keberhasilan, aku ingat, setiap malam selasa, aku selalu merasakan lelah yang sangat, kepala ku pening, keningku berkerut, keringat ku mengalir, mata ku perih karena harus begadang menyelesaikan tugas-tugas ku untuk besok pagi. Ku sadari, ini kesalahan ku karena selalu menunda pekerjaan, mengulur waktu untuk menyelesaikan tugas, akhirnya aku harus ngebut semalaman, dan benar hasilnya pun selalu buruk.  Aku tak mau mengulang kesalahan yang sama, minggu berikutnya setiap hari selasa, sepulang kuliah, aku berhasil menyelesaikan tugas, padahal tugas itu untuk selasa depan.  Tapi hasilnya, tetap mengecewakan, tapi sedikit meningkat, ku ingat-ingat lagi, rasa semangat dan tepat waktu teryata belum cukup.  Saat itu aku ragu, aku pesimis dengan tulisan ku yang biasa-biasa saja, maka kali ini “Aku tanamkan keyakinan” keyakinan dalam hati, bahwa aku bisa berkarya seperti mereka.  Percayalah, aku, kamu dan kita semua tercipta dalam keadaan cerdas, kita bisa, jangan pernah menyerah untuk melakukan perubahan yang positif.
            Sering aku menagis, mengeluh, menyesal, marah, hampir putus asa dan selalu dalam kesedihan.  Proses membuat recont text dan Narrative text membuat hilang selera makan ku, sakit kepala, susah tidur, selalu membebaniku karena aku belum bisa menemukan kenyamanan dan keasyikan dalam menulis.  Tapi tulisan Dr. Aidh Al-Qarni menyadarkan ku, “Pernahkah kalian mendengar kesedihan dan duka lara dapat mengembalikan sesuatu yang telah berlalu? Jika tidak, mengapa engkau bersedih.” Haripun berganti minggu, dan bulan, akhirnya ku jadikan kegagalan itu sebagai cambukan dan tamparan bagi ku, agar aku bangkit dan mau menjadi waiter the best (Penulis yang hebat).
Catatan :  semoga kalian bisa mengambil pelajaran dari cerita tersebut.  “Memiliki kemauan untuk melakukan sesuatu memang penting, tapi yang lebih penting adalah bertindak (Action) bukan hanya sekedar Omdo (Omong Doang).”
Hidup adalah pilihan, so… kamu mau maju or mundur?  Tentukan dari sekarang.
I hope the all of us it is possible that success.  Keep spirit J