Belajar adalah Proses
“Gagal!!!” lagi-lagi saya gagal dalam writing.
Jika ada yang berargumen “Belajar adalah proses” itu sangat benar, karena ini yang telah saya
alami dimana saya harus sabar dan terus menulis. Tidak ada yang instan, semua
butuh proses dan saya berjuang untuk itu (untuk menciptakan jurnal yang
terbaik). Menulis bukan sekedar menebar tinta dalam lembar kertas yang bersih.
Menulis lebih dari itu menulis membutuhkan skill, menulis membutuhkan struktur,
menulis membutuhkan wawasan dan menulis wajib menciptakan titik epicentrum
(pusat gempa) untuk membuat pembaca tergugah.
Setelah saya
menyelesaikan jurnal tentang kritik untuk Howard Zinn, Mr.Lala menugaskan untuk
peer review selama 35 menit. Mengoreksi sesuai dengan prosedur unity and
coherence in the composition. Mengkritik /memberi komentar pada teks partner
kita adalah tugas kita, mencari dimana kesalahan penulis, direct statement,
epicentrum/daya tarik teks, dan wajib menggunakan explicit generic structur.
Kurang lebih
ada 3 aspek yang harus dipahami oleh setia penulis ketika ia hendak mengoreksi
tulisannya, yakni coherence, cohesion, dan unity.
Pembahasan pertama akan menyentuh aspek
coherence terlebih dahulu.
1. Coherence merupakan penusunan kalimat dalam paragraf secara teratur
dan tentunya bertujuan agar pembaca mudah memahami teks bacaan. Menurut
Cynthia A.Boardman dalam bukunya Writing to Communicate, penyusunan kalimaat
akan bergantung pada tipe dari paragraf, dimana terdapat tiga jenis tipe
paragraf berdasarkan buku ini. Pertama adalah narrative, yaitu ketika
teks menceritakan cerita. Descriptive, yaitu ketika paragraf
menggambarkan sesuatu. Lalu terdapat juga expository yang menjelaskan
sesuatu hal dalam paragraf. Jadi dengan kata lain peran coherence akan
berbeda di setiap jenisnya. Coherence dalam narrative akan bersentuhn
dengan kronologi waktu, jika tidak demikian maka pembaca akan
kebingungan. Sedangkan untuk descriptive akan berbeda. Coherence
dalam paragraf tipe ini akan menuntut penulis agar bisa menggambarkan suatu
objek lewat tulisan, sehingga pembaca dapat membayangkan seperti apa objek yang
dimaksudkan teks. Tipe paragraf yang terakhir yaitu expository akan
berkutit dengan alasan-alasan dan alasan-alasan tersebut termasuk pendapat dari
penulis sendiri.
Cohesion adalah
ketika keterkaitan antar satu support sentence dengan yang lainnya.
Macam-macam cohesion pun sangat banyak, dan sudah dipelajari sejak zaman
sekolah. Seperti halnya connectors, definite articles, personal pronoun,
dan demonstrative pronouns.
Unity adalah
sebuah keharusan yang harus dimiliki semua teks untuk berhubungan dengan topic
tersebut atau dapat dikatakan dalam satu kesatuan topic. Unity akan
membuat sebuah tulisan fantastis dan pembaca tidak akan kesulitan dan bosan
untuk membaca sebuah teks. Hal ini dikarenakan ketika coherence dan
cohesion sudah tersusun rapih namun unity tidak dimiliki maka gagal semua
keringat penulis. Itulah mengapa pentingnya unity yang berperan sebagai
senjata pamungkas guna menciptakan karya menarik.
Pada slide
ke-3 Mr.Lala menulis...
The Flame
that Fires Up My Soul
Milan Kundera
comments (in L'Art duroman , 1986): `to write,means for the poet to crush the wall behind which something that ``was
always there'' hides.
In this respect, the task of the poet is not different from the work of history, which also discovers rather than invents‘
History, like poets,
uncovers, in ever new situations, the human possibilities heretofore hidden
What history does
matter of factly, is a mission
for the poet.
To rise to this mission, the poet must refuse service to the truths known beforehand, truths already `obvious' because floating on the surface.
Omong-omong
tentang critical review, saya lupa jika dalam proses pembuatannya harus
memperhatikan coherence, cohesion, dan unity serta strukturnya. Saya baru ingat
bahwa bulan lalu Mr.Lala menugaskan kami untuk menghafal maintaining coherence,
seperti ini :
·
Words can be used to show location :
Agains Among Away from
Between Beyond over
Under Onto In back of
·
Time :
After Before then
Until First Tomorrow
·
Similarities :
Also Like As
Likewise Similary Furthermore
·
Differences :
Although However But
Yet Eventhough the other hand
·
Emphasize a Point :
Again For this reason in fact
Thruly To repeat To emphasize
·
Conclude :
As a result Finally in conclusion
In sumarry There fore to sum up
·
Imformation :
Also likewise And
Another In addition Finally
·
Clarify :
For instance In other
words
That is To put
in another way
Kesimpulan hari ini yaitu banyak belajar dan
mengulang-ulang (berkali-kali salah dalam pembuatan critical review) bukan
berarti bodoh. Semuanya butuh proses, belajarpun butuh proses, sebenarnya
semakin banyak mengulang, kualitas diri semakin meningkat. Mengenai element
dalam semua wajib ada sebab teks akan gagal jika salah satu element hilang
(element: Coherence, Cohesion, dan Unity).